Sabtu, 10 Desember 2011

Sejarah ST12

ST 12 adalah grup band Indonesia yang didirikan di Bandung, Jawa Barat pada tahun 2004. Grup ini didirikan oleh Ilham Febry alias Pepep (drum), Dedy Sudrajat alias Pepeng (gitar), Muhammad Charly van Houten alias Charly (vokalis), dan Iman Rush (gitaris). Nama ST 12 sendiri merupakan kependekan dari Jl. Stasiun Timur No. 12 yang merupakan markas berkumpulnya band ini. Sampai saat ini ST 12 telah menghasilkan 5 album musik. Secara resmi ST 12 berdiri pada tanggal 20 Januari 2004, meski anggotanya telah lama berkecimpung di dunia musik. Sebelumnya, keempat personel ini tak saling kenal. Mereka sering bertemu di studio rental di Jalan Stasiun Timur 12, Bandung, milik Pepep. Nama ST 12 yang merupakan kependekan dari Jl. Stasiun Timur No. 12 adalah nama pemberian ayah Pepep, Helmi Aziz. Mereka juga berkompromi dengan mengambil aliran Melayu, Pop,Country, Akoustik dan Jazz, walau Charly menggemari jazz, Pepep suka jazz dan rock, sementara Pepeng tumbuh bersama musik rock. Sulitnya mendapat label rekaman yang mau menerima mereka, ST 12 akhirnya menempuh jalur indie (independent). Album perdana, Jalan Terbaik pun dirilis. Sayang, saat tur promosi album tersebut di Semarang, Iman Rush meninggal akibat pecah pembuluh darah di otak pada bulan Oktober 2005. Satu lagi personel ST12 memutuskan untuk keluar. Setelah sang vokalis Chaly Van Houten, kini sang gitaris Pepeng menyusul cabut dari band asal Bandung itu. Sejak Charly resmi keluar Sabtu lalu, tampaknya suasana tak harmonis terjadi dalam tubuh band pelantun 'P.U.S.P.A' itu. Pepeng pun sudah lama berniat untuk keluar namun belum ada ketegasan.
"Sebenarnya setelah Charly mengundurkan diri sudah ada wacana, tapi belum ada yang tegas, kemarin saya lupa tanggalnya waktu itu, akhirnya baru dengan tegas Pepeng keluar," ungkap personal manager Charly, Rendy saat berbincang melalui ponselnya, Kamis (13/10/2011). Rendy menilai bahwa keputusan Pepeng memang sudah bulat. Ia juga menjelaskan masalah yang menjadi alasan keluarnya dua personel ST12 itu. "Kalau saya nggak etis ngomong masalahnya apa, kalau saya melihatnya masih tetap ini masalah prinsip mengenai pandangan dan visi di band, mengenai arah dan tujuan band," paparnya.

Rabu, 07 Desember 2011

sejarah

Arung palakka
Adalah Raja Bone ke-15 lahir pada 15 September 1634. Nama lengkapnya adalah Arung Palakka La Tenri Tatta Petta Malampee Gemme’na. Dalam sejarah Sulawesi Selatan di abad ke-17, khususnya dalam perang Makassar nama Latenri Tatta Arung Palakka tidak dapat dipisahkan. Menurut Mr. Strotenbekker, seorang sejarawan Belanda dalam bukunya tertulis silsilah yang menyatakan, bahwa Datu Soppeng ri Lau yang bernama Lamakkarodda Mabbelluwa’E kawin dengan We Tenri Pakku Putri raja Bone ke-6 La Uliyo Bote’E MatinroE ri Itterung. Dari perkawinan ini lahir seorang putri yang bernama We Suji Lebba’E ri Mario. We Suji Lebba’E kawin dengan Raja Bone ke-11 Latenri Rua Sultan Adam matinroE ri Bantaeng, Raja Bone yang pertama kali memeluk agama Islam. Dari perkawinan itu lahir seorang putranya yang bernama We Tenri Sui’ Datu Mario ri Wawo. We Tenri Sui’ kawin dengan seorang bangsawan Soppeng yang bernama Pattobune. Datu Lompuleng Arung Tana Tengnga. Dari perkawinan itu lahir : 1.Da Unggu (putri) 2.Latenri Tatta Arung Palakka (putra) 3.Latenri Girang (putra) 4.We Kacumpurang Da Ompo (putri) 5.Da Emba (putri), dan 6.Da Umpi Mappolobombang (putri) Jadi Latenri Tatta Arung Palakka adalah bangsawan Bone dan Soppeng, cucu dari Raja Bone ke-11 La Tenriruwa La Pottobune bertempat di Lamatta di daerah Mario ri Wawo dalam wilayah kerajaan Soppeng. Dari enam orang anak La Pottobune Datu Lompuleng Arung Tana Tengnga dengan isterinya We Tenri Sui Datu Mario ri Ase, ada dua orang diantaranya yang menjadi pelaku sejarah Bone di abad ke-17 yaitu : 1.La Tenri Tatta Daeng Serang yang memimpin peperangan melawan kekuasaan Gowa, dan 2.We Mappolobombang yang melahirkan Lapatau matanna Tikka Raja Bone ke-16